Kamis, 03 Februari 2011

Kenapa harga emas terus melambung?

Alasan pertama

Kita yang pernah mengenyam bangku pendidikan SMA, pastilah pernah belajar salah satu teori ekonomi “ Supply and Demand”. Dimana jika suatu barang yang tadinya tercukupi oleh produksinya, dan kemudian barang tersebut menjadi berkurang produksinya, maka otomatis harga barang tersebut akan naik harganya. Dan juga semakin lan
gka barang, akan semakin tinggi nilainya.

Berikut saya sampikan grafik produksi emas dalam 10 tahun terakhir, yang terlihat dengan sangat jelas penurunan produksinya.


Perhatikan grafik berwarna merah, pada tahun 2000 rata-rata produksi emas dunia mencapai 2600ton, dan 10 tahun kemudian berkurang sekitar 300ton. Menjadi hanya 2300ton saja. Kemudian perhatikanlah garis berwarna biru, harga emas dunia melonjak dari 300dolar di tahun menjadi hampir 1400 dolar di tahun 2010.

Produksi emas Dunia menurun, karena semakin terbatasnya tambang-tambang baru, dan juga tingkat kesulitan menambang juga semakin besar. Coba kalau kita lihat penambangan Freeport di papua, lobang galiannya sudah” amat sangat dalam banget”.

………. . Hal ini juga menyebabkan biaya penambangan juga meningkat.

Dari analisa Supply and Demand, Rata-rata produksi emas turun 1% setiap tahun, hal inilah sebagai salah satu penyebab kenapa emas terus naik harganya, namun coba perhatikan kenaikannya wow… fantastic. 17,7%/tahun.


Alasan kedua

Kita tahu bahwa saat ini perdagangan Dunia memakai US$, US$ dipakai untuk jual beli dalam skala besar, karena 60% Penduduk Bumi memakai US$ dalam jual-beli. Coba anda lihat di harga2 berbagai komoditi Dunia, pastilah ada harga dalam US$ di situ. Dan mata uang negeri adidaya ini mata uangnya juga disimpan dalam bank-bank sentral Negara-negara lain di Dunia, termasuk Bank of Indonesia kita tercinta.

Penurunan nilai mata uang US$ berakibat pada daya beli yang juga menurun. Akibatnya barang dan jasa yang dibeli dengan US$ akan meningkat, termasuk juga emas. Contoh penurunan daya beli ini pernah saya sajikan dalam tulisan lain, ONH semakin murah. Atau juga kenaikan barang2 seperti gula, gandum dan gula di Pasaran Dunia. Dan pastilah emas juga meningkat harganya oleh penurunan mata uang ini.

Dalam web ini juga pernah membahas mengenai kekuatan mata uang US$, yang dinamakan US$ index, namun US$ Index hanya dipakai untuk mengukur kekuatan US$ terhadap mata uang kuat lain. Sehingga patokan standarnya “bukan daya beli”. Namun kekuatan relative terhadap mata uang lain. Contoh gampangnya kita ibaratkan US$ seperti orang naik mobil avanza yang bergerak mundur 10km/jam. Dan bis-bis atau kendaraan lain juga bergerak 5km/jam, diibaratkan mata uang lain. Si pengendara avanza akan merasa kecepatan mobilnya hanya 5km/jam. Namun jika melihat tiang listrik yang diam,yang kita ibaratkan benda2 riil seperti emas, beras dll. Maka mundurnya si pengendara avanza akan merasa lebih cepat. Itulah bedanya ukuran dalam US$index dan ukuran Daya beli US$.

Untuk mengukur nilai mata uang US$ dalam daya belinya, berikut saya sampaikan chart yang saya ambil dari webnya mas budwood dibawah tulisan ini.

Pecahan 100dolar di tahun 1950, masih berdaya beli 100Dolar. Dalam chartnya mas budwood ini, dikaitkan dengan perang yang dilakukan oleh Amerika. Dengan membiayai berbagai perang tersebut Amerika memerlukan biaya yang “amat sangat besar banget”. Sehingga untuk kebutuhan biaya tersebut mengandalkan pencetakan-pencetakan uang baru. ….( Kan gampang tinggal print ajah)……

100dolar itu di tahun 2010 ini tinggal hanya seharga 12dolar saja. Barang yang dulu ditahun 1950 hanya berharga 12dolar menjadi 100dolar di 2010 ini. ….. (Rupanya US$, kayak rupiah kita juga ya, waktu saya sekolah tahun 1990-an parkir mobil di kota solo hanya 100rupiah, kini sudah 2000rupiah)…… pantas juga dompet kita saat ini terlalu tebal, bukan karena tambah kaya. Namun karena perlu membawa yang lebih banyak

Praktisi ekonomi International lain seperti Pak Vildan Serin mengatakan, penurunan nilai US$ ini juga dipicu, pengurangan pemakaian US$ dalam perdagangan minyak oleh Negara2 OPEC. Dulu perdagangan minyak hanya memakai satu mata uang, namun kini mereka menggunakan basket currency (sekeranjang uang : seperti US$, Euro, YJP, Emas, dll).

Penurunan ini juga disebabkan negeri Paman Sam yang menerapkan ekonomi sangat kapitalis, karena memang Bapaknya ekonomi kapitalis, dimana antara sector riil dan keuangan tidak seimbang. Perbandingan antara sector riil dan keuangan derivative adalah 1 : 700, ekonominya digerakkan oleh uang dari hampa melalui spekulasi di pasar uang/saham. Bahkan banyak yang mengatakan bursa saham di New York sebagai kasino terbesar di Dunia.


Alasan ketiga

Coba buka dompet anda dan perhatikan salah satu uang kertas yang anda punya. Misalkan yang ada di dompet anda saat ini bernilai 50.000 rupiah. Kenapa bernilai 50rb ?… jika anda menjawab karena uang tersebut memang bernilai 50ribu, pendapat anda-pun ada benarnya, karena memang ada tertulis nilai di uang tersebut. Namun bagaimana jika selembar uang kertas tersebut tidak ada tulisan apapun, dan masih berwarna putih. Masihkah kita akan menganggap sebagai uang bernilai 50ribu ?. pastilah anda akan berkata….. “kalau belum ada di tulis apapun berarti juga tidak bernilai” alias nol. Memang sebenarnya uang kertas bernilai nol, dia menjadi bernilai karena ada lembaga ataupun pemerintah yang menjamin bahwa kertas tersebut menjadi ada nilainya.

Dari berbagai sumber yang saya dapatkan, biaya cetak selembar uang 100 USD hanya 4sen (atau hanya 0,04% nilainya) jika misalkan saya membeli tanah anda seharga US$ 10.000 (sekitar 90juta rupiah) sebenarnya saya hanya membayar anda US$ 4 (sekitar 9.000 rupiah) inilah gap perpindahan kekayaan yang tidak adil. Ada orang yang punya tanah dan ada orang yang punya setumpuk kertas maka bisa disamakan nilainya. Kalau Negara penjaminnya tidak terpercaya ?. maka habislah kekayaan pemegang kertas tersebut.

Dan saat ini, jumlah uang kertas di cetak dengan tanpa dijamin oleh persediaan emas, karena memang tinggal cetak/print selesai. Coba kalau mesti di jamin oleh persediaan emas, musti nyari tambang emas dulu lalu explorasi dan kegiatan tambang lain yang memerlukan susah payah.

Berikut saya sampaikan jumlah uang di bank sentral Amerika The FED yang saya ambil dari situsnya.

Garis berwarna merah merupakan uang yang sangat liquid atau dalam istilahnya Monetary base. Uang ini terdiri dari uang koin dan juga kertas yang ada di bank sentral dan bank-bank komersial dan juga uang yang beredar di masyarakat. Dan perhatikan pada tahun 2008 yang meningkat sangat drastis karena krisis supreme mortgage di Amerika. Dan di cetak dengan sangat banyak. Dan grafik biru merupakan seluruh uang monetary base ditambah dengan uang-uang lainnya yang kurang liquid menyangkut giro, deposito, travel check, dll. Dipakai juga sebagai indicator untuk inflasi. Lihatlah grafik pertumbuhannya dari sekitar US$1000B di tahun 1980 menjadi hampir US$9000 di tahun 2010. Baca juga mengenai inflasi. Jumlah uang kertas yang semakin membengkak secara perlahan namun pasti akan turut mematikan uang kertas itu sendiri. Karena jumlahnya yang melimpah maka daya belinya akan berkurang

Alasan keempat

melihat potensi Negara-negara yang saat ini sangat pesat dalam pertumbuhan perekonomiannya, yaitu China dan India, yang keduanya di Asia dan mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, masing-masing 1,3 dan 1,1 Milyard. dua Negara ini ditambah Rusia, dan Brazil juga disebut BRIC (Brazil, Rusia, India, China).


Negara pertama yang akan kita bahas adalah China, dengan cadangan devisa dalam US$ yang sangat besar , yaitu 2,648 trilyun pada bulan September 2010 hanya memiliki cadangan emas sebesar 1.054 ton, atau hanya 1,7%-nya. Bandingkan dengan Amerika sendiri sebagai pemrakarsa kapitalis dan juga produsen US$, memiliki 8.133 ton, atau sekitar 73.4% dari cadangan devisanya di bank sentral. Tentunya Pemerintah China sebagai pemegang US$ terbesar akan akan berpikir sekian kali untuk tetap memegang devisanya dalam mata uang Amerika tersebut, ingat pada tulisan saya terdahulu :. Tentang inflasi, penurunan daya beli US$, dan juga peningkatan jumlah US$ yang sangat banyak. Jika tetap memegang US$ maka Jerih Payah rakyat china dalam memperoduksi barang akan menguap karena penurunan dan pelemahan US$.

India yang saat ini juga menjadi Negara dengan pertumbuhan spektakuler hanya mempunyai emas 557,7ton, dan merupakan 8,1% dari cadangan bank sentralnya. Rakkyat India juga menjadi pengkonsumsi emas terbesar di Dunia untuk perhiasan, terutama di Bulan Desember seperti ini permintaannya akan meningkat karena adanya upacara keagamaan disana. Dengan jumlah penduduk diatas 1,1Milyard tentu saja akan turut mempengaruhi harga emas. Negara ini tentunya juga akan turut juga memperbesar cadanbgan emasnya karena ketidakpastian masa depan US$, terbukti di bulan September tahun lalu ketika IMF menjual 200ton emas-nya langsung di borong oleh India. Dan saat itu emas langsung melonjakkan harga emas, karena pasar menilai ada kekuatan lain selain China yang siap melahap emas karena ingin mengurangi cadangan devisanya dalam US$ dan berganti ke emas.

Bagaimana jika Kedua Negara ini mengalihkan cadangan devisanya ke emas, dan mengikuti Negara-negara maju seperti Amerika yang devisanya 73,4%nya adalah emas. dan Zona Eropa 60,7%nya juga emas. Maka produksi emas dunia yang sekitar 2200ton tidak akan mencukupi . Apalagi jika rakyatnya turut menabung dalam bentuk emas, dengan penduduk diatas 2,4milyard. Merupakan konsumen yang amat sangat besar.

Alasan kelima

Coba kita lihat hutang Amerika.
kenapa musti Amerika yang akan kita bahas ?. karena memang Negara ini adalah super power, baik dari militernya, maupun ekonominya. Coba perhatikan Negara Negara ini mempunyai militer yang terkuat di Dunia, namun justru penyerangannya kje berbagai Negara membuahkan hutang yang sangat banyak, dan juga dari segi ekonomi. Negara ini mampu menyerap 40% dari eksport Negara di seluruh muka bumi ini.



Saat ini hutang Amerika menurut sumber dari Wikipedia mencapai sekitar 13,9T US$, coba kalau di rupiahkan…… hmmmmm (13.900.000.000.000 x 9.000 = ?... waduh kalkulator saya sudah gak muat). Ini belum termasuk hutang swasta. Dan hutang ini terus-menerus membangkak. Waktu menjabat presiden, Pak Bush menambah hutang Pemerintah Amerika 4T saat pemerintahannya. Wal hasil, Pak Bush mendapat tudingan sebagai salah satu presiden yang menerapkan anggaran belanja terburuk dan cenderung merugikan negara. Di antaranya, anggaran untuk invasi Iraq dan Afghanistan yang diestimasi oleh Kantor Kongresional Bujet Nonpartisan mencapai USD 2,4 triliun. Mas Obama hingga saat ini sudah menambah hutangnya Amerika 3T, dan diperkirakan akan bertambah 5T pada 2012 nanti. Karena dipakai untuk bailout ekonomi yang porak-poranda pada 2008-2009 lalu karena kasus supreme mortgage.

Saat ini hampir seluruh Negara di dunia memberi hutang pada Amerika, yang terbesar adalah China dan Jepang yang memegang 44%. Kita tahu bahwa China dan jepang adalah Negara exporter terbesar di Dunia, sehingga cadangan devisa US$-nya sangat besar. Sehingga mereka turut pula membeli surat hutang dari pemerintah Amerika.

Seperti halnya kita misalkan meminjamkan hutang kepada seseorang yang hutangnya semakin besar dan besar. Apakah kita mau akan meminjamkan terus ?..... saat inipun China sudah gerah dengan hutang Amerika yang terus menumpuk bahkan US$ yang terus melemah. Lalu apa solusinya jika sudah tidak ada yang bisa memberikan hutang ?. dan bagaimana membayar bunga hutangnya ?. langkah yang diambil adalah dengan mencetak dolar2 baru dengan menambah jumlah uangnya disamping berguna untuk membayar hutang berguna juga untuk meningkatkan daya saing produknya ke pasar International. Karena barang produksi Amerika menjadi kompetitif di pasar global seiring melemahnya mata uang US$.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar