Salah satu hari raya agama Buddha adalah hari raya Trisuci Waisak.
Kata “Waisak” sendiri berasal dari bahasa Pali “Vesakha” atau di dalam
bahasa Sansekerta disebut “Vaisakha”. Nama “Vesakha” sendiri diambil
dari bulan dalam kalender buddhis yang biasanya jatuh pada bulan Mei
kalender Masehi. Namun, terkadang hari Waisak jatuh pada akhir bulan
April atau awal bulan Juni.
Hari Raya Waisak sendiri dikalangan umat Buddha sering disebut dengan hari raya Trisuci Waisak. Disebut demikian karena pada hari Waisak terjadi tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Pangeran Sidhartha Gautama, tercapainya penerangan sempurna oleh Pertapa Gautama, dan mangkatnya sang Buddha Gautama. Tiga kejadian tersebut—kelahiran, penerangan, kematian— terjadi pada hari yang sama ketika bulan purnama di bulan Waisak.
Hari Raya Waisak sendiri dikalangan umat Buddha sering disebut dengan hari raya Trisuci Waisak. Disebut demikian karena pada hari Waisak terjadi tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Pangeran Sidhartha Gautama, tercapainya penerangan sempurna oleh Pertapa Gautama, dan mangkatnya sang Buddha Gautama. Tiga kejadian tersebut—kelahiran, penerangan, kematian— terjadi pada hari yang sama ketika bulan purnama di bulan Waisak.
Biasanya pada hari waisak, umat Buddha merayakannya dengan pergi ke
wihara dan melakukan ritual puja-bhakti. Harus dimengerti bahwa umat
Buddha melaksanakan ritual puja-bhakti adalah bertujuan untuk mengingat
kembali ajaran sang Buddha, menyontoh perilaku sang Buddha dan
melaksanakan ajaran agama Buddha. Bagi umat Buddha, hal tersebut berarti
menaati peraturan moral, seperti menghindari pembunuhan makhluk hidup,
mencuri, berbuat asusila, berbohong dan mabuk-mabukkan. Selain kelima
larangan tersebut, umat Buddha ketika hari Waisak biasanya mengembangkan
cinta-kasih dengan cara membantu fakir-miskin atau mereka yang
membutuhkan, melepas hewan (biasanya burung) sebagai simbol cinta-kasih
dan penghargaan terhadap lingkungan, serta merenungkan segala perbuatan
yang telah dilakukan apakah baik atau buruk sehingga diharapkan di masa
mendatangkan tidak mengulangi perbuatan yang buruk yang dapat merugikan.
Waisak sebagai sebuah hari raya agama Buddha bisa memberikan contoh
yang positif kepada setiap orang. Contoh positif yang dapat diteladani
adalah pengembangan cinta-kasih kepada setiap makhluk hidup. Wujudnya
bisa berupa berdana membantu mereka yang membutuhkan, mendonorkan darah,
menjaga lingkungan sekitar dengan hidup sederhana atau
perbuatan-perbuatan baik lainnya. Akhirnya satu harapan besar dari hari
Waisak tersebut adalah bahwa setiap manusia diharapkan dapat merenungi
segala perbuatannya dan setiap saat selalu hidup dengan rasa cinta-kasih
tanpa kebencian, seperti yang tertulis di dalam Dhammapada, “Kebencian
tidak akan selesai jika dibalas dengan kebencian, tetapi hanya dengan
memaafkan dan cinta-kasihlah maka kebencian akan lenyap.”
Sumber: http://dhammacitta.org/artikel/makna-hari-raya-waisak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar